PRAKTIKUM 9 : LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) (B1)
Disusun oleh:Fidhalina Mahfizhah (11220960000047)Raidiva Satriani Rianto (11220960000051)Farah Syafira Adzania (11220960000061)Annisa Nikita Dyningrum (11220960000067)Qaila Zahra Calalbie (11220960000069)
PROGRAM STUDI KIMIAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA2022
- Mahasiswa mampu membedakan larutan penyangga dan bukan penyangga.
- Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kerja larutan penyangga (buffer) dalam mempertahankan nilai pH.
- Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan perubahan rasio komponen larutan terhadap perubahan pH.
Menurut Chang (2003), larutan buffer adalah larutan yang terdiri dari asam lemah atau basa lemah dan garamnya dan mampu melawan perubahan pH ketika terjadi penambahan sedikit asam, sedikit basa, ataupun sedikit pengenceran. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat praktikum terdapat dua kategori larutan yaitu larutan non buffer dan larutan buffer.
Prinsip kerja larutan buffer adalah larutan ini mengandung asam lemah dan basa lemah, dengan asam dan basa konjugasinya. Sehingga penambahan sedikit asam kuat maupun basa kuat tidak akan merubah pH larutannya. (Novitalia, 2020)
Erlenmeyer pertama diisi 10 ml aquades dan diberi 2 tetes indikator
metil merah dengan ph awal 7 (suasana netral). Setelah diberi 0,1 ml HCL
larutan berubah warna menjadi pink dengan pH 2 (suasana asam). Hal ini
menunjukkan bahwa larutan tersebut berada dalam suasana asam. Dapat
disimpulkan bahwa larutan ini bukan larutan penyangga karena larutan
tersebut tidak dapat mempertahankan pH nya. Dimana pH awalnya adalah
dalam suasana netral (pH = 7) dan berubah menjadi suasana asam (pH = 2).
Erlenmeyer kedua diisi 10 ml aquades dan diberi 2 tetes indikaroe pp
dengan ph awal 5 (suasana asam). Setelah diberi 0,1 ml NaOH larutan
berubah warna menjadi pink dengan pH larutan 7. Hal ini menunjukkan
bahwa larutan tersebut berada dalam suasana netral. Dapat disimpulkan
bahwa larutan ini bukan larutan penyangga karena larutan tersebut tidak
dapat mempertahankan pH nya. Dimana pH awalnya adalah dalam suasana asam
(pH = 5) dan berubah menjadi suasana netral (pH = 7).
Erlenmeyer ketiga diisi 1ml larutan Ch3COOH 0,1 N dan 1 ml CH3COONa 0,1
N lalu ditambah aquades dan diberi 2 tetes indikator MM diketahui pH
awal 5 (suasana asam). Setelah diberi 1,8 ml HCL larutan berubah warna
pH larutan 5 (suasana asam). Dapat disimpulkan bahwa larutan ini
merupakan larutan penyangga karena larutan tersebut dapat mempertahankan
pH nya. Dimana pH awal dan pH akhirnya sama dalam suasana asam (pH = 5).
Erlenmeyer keempat diisi 1ml larutan Ch3COONa 0,1 N dan 1 ml CH3COOH
0,1 N lalu ditambah aquades dan diberi 2 tetes indikator pp diketahui pH
awal 5 (suasana asam). Setelah diberi 1,2 ml NaOH larutan berubah warna
dengan pH larutan 10 (suasana basa). Dapat disimpulkan bahwa larutan ini
bukan larutan penyangga karena larutan tersebut tidak dapat
mempertahankan pH nya. Dimana pH awalnya adalah dalam suasana asam (pH =
5) dan berubah menjadi suasana basa (pH = 10).
Dapat disimpulkan bahwa larutan pada erlenmeyer 1,2, dan 4 merupakan larutan non buffer karena tidak dapat mempertahankan pH nya sedangkan larutan pada erlenmeyer 3 merupakan larutan buffer karena dapat mempertahankan pHnya.
4.2.2. Larutan penyangga basa dan garamnya
Pada percobaan pembuatan larutan penyangga basa lemah dan garamnya, diperlukan bahan yaitu amonia sebagai basa lemah dan NH4Cl sebagai garamnya. Mula-mula ketika diukur pH-nya menggunakan pH meter dicatat pH awalnya sebesar 10,26. Kemudian larutan ditetesi NaOH sebanyak 5 tetes dan diukur kembali pH-nya. Hasil yang didapatkan yaitu pH akhirnya sebesar 9,91. Perubahan pH yang tidak terlalu signifikan dan dalam suasana sama-sama basa membuat kita dapat menarik kesimpulan bahwa larutan ini termasuk larutan penyangga basa. Selain itu dihitung pula pH teoritisnya dan didapatkan hasil 8,3 melalui perhitungan:
pH larutan awal=10,26
pH larutan akhir=9,91
[OH-] = Kb. Cb/Cg
= 1,71 x 10^-5. 0,8/0,067
= 20,4 × 10^-5
=2,04 × 10^-6
pOH = - log [OH-]
= - log 2,04 x 10^-6
= 6 – log 2,04
= 5,7
pH = pKw – pOH
= 14 – 5,7
= 8,3
4.2.3. Larutan Penyangga Asam Lemah dan Garamnya
A. Erlenmeyer 1
Percobaan dilakukan dengan mencampurkan 10ml CH3COOH 0,1N dengan 15ml CH3COONa 0,2N, kemudian diukur pH awal atau pH saat belum ditetesi HCL menggunakan pH meter. Hasil yang didapatkan yaitu pH awalnya sebesar 5,07 dan pH akhirnya sebesar 5,11. Selain itu dilakukan perhitungan pH teoritis:
pH awal larutan= 5,07
pH akhir larutan=5,11
Ma=N/e
= 0,1/1
=0,1
Mg=N/e
= 0,1/1
=0,1
na=M.v
=0,1. 0,01
=1×10^-3
ng=M.v
=0,1. 0,015
=1,5×10^-3
[H+] = Kb. Ch/Cg
= 1,71 x 10^-5. 1×10^-3/1,5×10^-3
= 1,7/1,5 × 10^-5
=1,13 × 10^-5
pH = - log [H+]
= - log 1,13 x 10^-5
= 5 – log 1,13
= 4,94
B. Erlenmeyer 2
Percobaan dilakukan dengan mencampurkan 5ml CH3COOH 0,1N dengan 10ml CH3COONa 0,2N, kemudian diukur pH awal atau pH saat belum ditetesi HCL menggunakan pH meter. Hasil yang didapatkan yaitu pH awalnya sebesar 5,47 dan pH akhirnya sebesar 5,54. Selain itu dilakukan perhitungan pH teoritis:
pH awal larutan= 5,47
pH akhir larutan=5,54
Ma=N/e
= 0,1/1
=0,1
Mg=N/e
= 0,2/1
=0,2
na=M.v
=0,1. 5
=0,5 mmol
ng=M.v
=0,2. 10
=2 mmol
[H+] = Kb. Ch/Cg
= 1,71 x 10^-5. 0,5/2
=0,425×10^-5
pH = - log [H+]
= - log 0,425 x 10^-5
= 5 – log 0,425
= 5,37
C. Erlenmeyer 3
Percobaan dilakukan dengan mencampurkan 5ml CH3COOH 0,1N dengan 5ml CH3COONa 0,1N, kemudian diukur pH awal atau pH saat belum ditetesi HCL menggunakan pH meter. Hasil yang didapatkan yaitu pH awalnya sebesar 4,97 dan pH akhirnya sebesar 5,05. Selain itu dilakukan perhitungan pH teoritis:
pH awal larutan= 4,97
pH akhir larutan=5,05
Ma=N/e
= 0,1/1
=0,1
Mg=N/e
= 0,1/1
=0,1
na=M.v
=0,1. 0,05
=5×10^-3
ng=M.v
=0,1. 0,005
=5×10^-3
[H+] = Kb. Ch/Cg
= 1,71 x 10^-5. 5×10^-3/5×10^-3
= 1,7 × 10^-5
pH = - log [H+]
= - log 1,7 x 10^-5
= 5 – log 1,7
= 5 — 0,23
=4,77
D. Erlenmeyer 4
Percobaan dilakukan dengan mencampurkan 12,5ml CH3COOH 0,1N dengan 2,5ml CH3COONa 0,2N, kemudian diukur pH awal atau pH saat belum ditetesi HCL menggunakan pH meter. Hasil yang didapatkan yaitu pH awalnya sebesar 4,43 dan pH akhirnya sebesar 4,42. Selain itu dilakukan perhitungan pH teoritis:
pH awal larutan= 4,43
pH akhir larutan= 4,42
Ma=N/e
= 0,1/1
=0,1
Mg=N/e
= 0,2/1
=0,1
na=M.v
=0,1. 12,5
=12,5×10^-1
ng=M.v
=0,2. 2,5
=5×10^-1
[H+] = Kb. Ch/Cg
= 1,71 x 10^-5. 12,5×10^-1/5×10^-1
= 4,25 × 10^-5
pH = - log [H+]
= - log 4,25 x 10^-5=
=5 – log 4,25
= 4,38
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan larutan pada keempat erlenmeyer tersebut merupakan larutan penyangga asam, karena pH awal dan pH akhir atau setelah ditetesi HCL berubah namun tidak terlaku signifikan sehingga sesuai dengan prinsip kerja larutan penyangga.
1. Larutan penyangga (buffer) dapat mempertahankan pH-nya dalam larutan meski ditambahkan asam maupun basa. Jika tidak dapat mempertahankan pH, maka larutan tersebut bukan parutan penyangga (buffer).
DAFTAR PUSTAKA
Chang,
Raymond. 2003. General Chemistry : The
Essential Concepts, alih bahasa: Indra Noviandri, dkk. 2004. Kimia Dasar Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Nurhasni
dan Yusraini DIS. 2022. Pedoman Praktikum
Kimia Dasar 1. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sari,
Novitalia Ablinda. 2020. Larutan
Penyangga Kimia Kelas XI. SMA Negeri 5 Palembang. Palembang.
Sunarya.
2001. Kimia Dasar. Bandung : ITB.
Komentar
Posting Komentar