PRAKTIKUM 6: LARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

LARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN








Kelompok    : 1 (Satu)
      • Aini Latifah                        (11220960000041)
      • Amalia Oktafiani                (11220960000057) 
      • Arini Fatikhatul Faqihah    (11220960000059) 
      • Nur Aini Latifah                 (11220960000063)
Kelas            : Kimia 1B1
Dosen           : Ahmad Fathoni, M.Si.




Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2022







BAB I

PENDAHULUAN


1.1. Prinsip Percobaan

        Percobaan ini menggunakan prinsip like dissolves like.

1.2. Tujuan Percobaan

  1. Mahasiswa mampu mengamati kelarutan senyawa ion dan senyawa kovalen baik dalam pelarut air maupun pelarut organik.
  2. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu senyawa.
  3. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan.
  4. Mahasiswa mampu membedakan larutan tidak jenuh, tepat jenuh dan lewat jenuh.






BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat (Chang, 2005). Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute) untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini dalam bahasa Inggris disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni atau campuran (Darmaji, 2005).

Pada kelarutan menggunakan prinsip “like dissolves like” dimana zat terlarut akan larut dalam pelarut yang memiliki sifat serupa. Diungkapkan dalam bentuk dua aturan yaitu zat terlarut polar akan larut dalam pelarut polar dan zat terlarut non polar larut dalam pelarut non polar (Kenneth, 1986).

Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor (Januari, 2022):

1.      Sifat Zat Terlarut dan Pelarut

Senyawa polar molekulnya memiliki momen dipol. Banyak senyawa ionik yang larut dalam air. Senyawa kovalen polar larut dalam air namun kovalen non polar tidak larut dalam air (Seese & Daub, 1988).

2.      Suhu

Pemanasan pelarut dapat mempercepat larutnya zat terlarut. Pelarut dengan suhu yang lebih tinggi akan lebih cepat melarutkan zat terlarut dibandingkan dengan pelarut yang suhunya rendah.

3.      Ukuran Zat Terlarut

Zat terlarut yang memiliki ukuran kecil seperti serbuk lebih mudah larut dibandingkan dengan zat terlarut yang berukuran besar.

4.      Volume Pelarut

Pelarut dengan volume yang lebih besar akan lebih mudah melarutkan zat terlarut yang berukuran besar.

5.      Pengadukan

Menyebabkan partikel-partikel antara zat terlarut dengan pelarut akan semakin sering untuk bertabrakan. Hal ini menyebabkan proses pelarutan menjadi semakin cepat.

Larutan jenuh (saturated solubility) merupakan larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam pelarut pada suhu tertentu (Chang, 2005). Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara partikel yang melarut dan partikel tidak melarut (Sumardjo, 2006). Sebelum titik jenuh tercapai dinamakan larutan tak jenuh (unsaturated solubility); larutan mengandung zat terlarut lebih sedikit dibanding kemampuannya untuk melarutkan. Larutan lewat jenuh (supersaturated solubility) mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan yang terdapat di dalam larutan jenuh (Chang, 2005).

Senyawa ionik terdiri dari ion positif dan ion negatif, ion-ion tersebut disatukan oleh gaya tarik yang kuat antara muatan-muatan yang berlawanan yang disebut sebagai ikatan ion (Timberlake & Timberlake, 2011). Sifat senyawa ionik yaitu memiliki titik leleh dan titik didih tinggi, mudah larut dalam air dan terdisosiasi menghasilkan ion-ion, sehingga larutannya bisa memiliki daya hantar listrik yang tinggi dalam keadaan terlarut dalam pelarut polar, dan rendah dalam keadaan padat, umumnya bersifat padatan yang kristalnya keras, tapi mudah rapuh. Senyawa kovalen diantaranya memiliki titik didih dan titik leleh relatif rendah, senyawa kovalen polar bisa menghantarkan listrik, senyawa kovalen polar bisa larut dalam air atau polar lain sedangkan non polar tidak larut dalam air, melainkan larut dalam pelarut non polar (Ghani, 2022).






BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN


3.1. Alat

       12 buah tabung tabung reaksi, 1 buah rak tabung reaksi, 1 buah batang pengaduk, 1 buah hotplate, 1 buah botol semprot, 1 buah gelas piala 600 ml, 1 buah gelas ukur 10 ml, 1 buah pipet tetes, spatula.

3.2. Bahan

         Kalium permanganat (KMnO4), naftalena (C10H8), heksana (C6H14), metanol (CH3OH), etanol (C2H5OH), aseton (C3H6O), sukrosa (C12H22O11), natrium aseat trihidrat (NaC2H3O2.3H2O), aquades (H2O).

3.3. Prosedur Percobaan

  • Kelarutan

  • Pencampuran
  • Kecepatan Kelarutan
  • Demonstrasi Larutan Tak Jenuh, Tepat Jenuh, dan Lewat Jenuh






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil


Tabel 1. Data hasil pengamatan percobaan kelarutan


Tabel 2. Data hasil pengamatan percobaan pencampuran


Tabel 3. Data hasil pengamatan waktu percobaan kecepatan kelarutan


Tabel 4. Data hasil pengamatan percobaan demonstrasi larutan jenuh, tidak jenuh, dan lewat jenuh




4.2. Pembahasan

Pada percobaan kelarutan, senyawa yang pertama digunakan adalah kalium permanganat (KMnO4) padatan. KMnO4 padatan merupakan senyawa ion yang dapat larut dalam pelarut bersifat polar, oleh sebab itu KMnO4 saat dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air, KMnO4 tersebut larut karena air bersifat polar dengan indeks kepolaran 10,2. KMnO4 juga larut dalam pelarut bersifat semi polar, yaitu pelarut yang memiliki indeks kepolaran lebih rendah dari pelarut polar tetapi lebih tinggi dari pelarut non polar. KMnO4 yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi metanol dapat larut, karena metanol lebih polar dibandingkan dengan heksana. Begitu juga saat KMnO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi aseton, KMnO4 dapat larut karena aseton lebih polar dibandingkan dengan heksana. Indeks kepolaran metanol dan aseton yaitu 5,1. KMnO4 saat dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi heksana, KMnO4 tidak larut karena heksana bersifat non polar dengan indeks kepolaran 0,1.

Pada percobaan kelarutan, senyawa yang kedua digunakan adalah naftalena. Naftalena merupakan senyawa yang bersifat non polar dan dapat larut dalam pelarut non polar. Naftalena yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi air tidak larut karena air bersifat polar. Namun, saat naftalena dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi  matanol dan aseton, naftalena dapat larut, karena metanol dan aseton lebih non polar dibandingkan dengan air. Begitu juga saat naftalena dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi heksana, naftalena larut karena heksana bersifat non polar.

Pada percobaan pencampuran, air yang ditambahkan dengan metanol dapat tercampur karena gugus OH yang terdapat pada metanol berikatan dengan gugus OH pada air. Pada tabung reaksi kedua, air ditambahkan aseton dan dapat tercampur karena atom O yang bermuatan parsial negatif pada gugus karbonil C=O dapat berikatan dengan atom H pada air. Pada tabung reaksi ketiga, air ditambahkan heksana dan tidak dapat tercampur karena heksana yang bersifat non polar.

Pada percobaan kecepatan kelarutan, kristal sukrosa yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi aquades dingin larut dalam waktu 60 menit, karena suhu aquades yang dingin, tidak ada proses pengadukan dan sukrosa berbentuk kristal maka larut dalam waktu yang lama. Kristal sukrosa yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi aquades panas larut dalam waktu 29 menit, meskipun aquades panas tetapi tidak ada proses pengadukan maka sukrosa sedikit lama untuk larut. Kristal sukrosa yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi aquades panas kemudian diaduk dan larut dalam waktu 18 detik, karena adanya proses pengadukan yang membuat partikel-partikel sukrosa dengan aquades sering bertabrakan dan menyebabkan cepat larut. Serbuk sukrosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi aquades panas kemudian diaduk dan larut dalam waktu 4 detik, karena ukuran sukrosa lebih kecil (serbuk) dan adanya proses pengadukan membuat sukrsoa menjadi lebih mudah dan cepat larut.

Pada percobaan konsentrasi larutan tepat jenuh, tak jenuh dan lewat jenuh. Digunakan kristal natrium asetat trihidrat yang dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan aquades dan dipanaskan, maka kristal akan larut dan larutan bersifat tidak jenuh. Setelah dipanaskan larutan didinginkan dan ditambahkan lagi sedikit kristal natrium asetat trihidrat, maka larutan akan membentuk endapan dan larutan bersifat lewat jenuh. Setelah larutan ditetesi 20 tetes air, zat terlarut dan pelarut tidak tercampur, maka larutan tersebut bersifat tepat jenuh. Setelah dilakukan percobaan ulang dari larutan tersebut didapatkan hasil yang sama, tetapi diakhir percobaan zat terlarut dan pelarut tercampur sebagian, maka larutan bersifat tidak jenuh.






BAB V

KESIMPULAN


  1. Senyawa ion larut dalam pelarut yang bersifat polar dan tidak larut dalam pelarut yang bersifat non polar. Senyawa kovalen polar akan larut dalam pelarut polar sedangkan senyawa kovalen non polar akan larut dalam pelarut non polar.
  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, sifat zat terlarut dan pelarut, volume pelarut, pengadukan, ukuran zat terlarut.
  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan yaitu suhu, ukuran zat terlarut, pengadukan.
  4. Larutan jenuh mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam pelarut pada suhu tertentu, larutan sebelum mencapai titik jenuh adalah larutan tak jenuh. Dan larutan lewat jenuh adalah larutan yang telah melewati titik jenuh.






DAFTAR PUSTAKA


Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga.

Darmaji. (2005). Kimia Dasar Jilid 1. Jambi: Universitas Jambi.

Ghani, Maulia Indria. (2022, Juli 20). Larutan Senyawa Ionik dan Kovalen. Diakses 30 Oktober 2022, dari https://www.zenius.net/blog/larutan-senyawa-ionik-kovalen

Januari, Mentari. (2022, Januari 26). Pengertian dan Rumus Kelarutan. Diakses 30 Oktober 2022, dari https://www.zenius.net/blog/pengertian-dan-rumus-kelarutan

Kenneth, C. James. (1986). Solubility and Related Properties. New York: Marcell Dekker, Inc.

Seese, William S. & G. William Daub. (1988). Basic Chemistry. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Sumardjo, Damin. (2006). Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedookteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Timberlake, Karen & William Timberlake. (2011). Basic Chemistry. New Jersey: Prentice Hall.



Komentar

Postingan Populer