[B1]LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 REAKSI PEMBATAS
REAKSI KIMIA
![]() |
Disusun
oleh :
Dessy
Kusuma Dwiyani ( 11220960000037 )
Jingga
Fitria Putri ( 11220960000039 )
Amalia
Putri ( 11220960000043 )
Davina
Azharani ( 11220960000045 )
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan dalam reaksi kimia berdasarkan
ciri dan tanda telah terjadinya suatu reaksi yaitu perubahan warna, terlihatnya
endapan, terlihatnya gas dan perubahan suhu.
Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu
mengetahui, mengenal, serta dapat memahami ciri – ciri dalam mengidentifikasi
suatu reaksi kimia.
2. Mahasiswa mampu
mengklasifikasikan jenis – jenis reaksi kimia berdasarkan produk yang
dihaislkan.
3. Mahasiswa mampu
menjabarkan persamaan reaksi kimia dari suatu reaksi kimia yang berlangsung.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Ilmu kimia merupakan ilmu
yang mempelajari bangun ( struktur ) materi dan perubahan – perubahan yang di
alami materi dalam proses proses alamiah, maupun dalam eksperimen yang di
rencanakan. Struktur dan perubahan yang dialami merupakan bidang kimia yang
menyajikan baik suatu dasar untuk pengetahuan kita akan dunia maupun suatu
alat.
Sifat dan perubahan yang terjadi di antara zat zat
ini merupakan daerah kimia deskriptif. Semua sifat atau sifat intrinsic (
karakter apa saja dari zat itu ) atau ekstrinsik ( tidak khas dari zat tertentu
apa saja ) sifat kimia ( intrinsik ) dihayatkan dalam perubahan kimia
( reaksi
kimia ) dalam mana zat zat diubah menjadi zat lain.
Kriteria
yang pasti untuk mengenali suatu perubahan kimia didasarkan pada pemahaman
mendalam dan informasi yang diperoleh dalam perkembangan ilmu kimia deskriptif.
Tiga macam perubahan yang selalu menyertai reaksi kimia. Ketika reaksi
berlangusng pereaksi berubah menjadi hasil reaksi yang mempunyai : sifat,
susunan, dan energy dalam yang berlainan.
Ciri
– ciri yang menyertai suatu reaksi kimia diantaranya :
1. Reaksi yang disertai
terbentuknya gas
2. Reaksi yang disertai
perubahan warna
3. Reaksi yang disertai
perubahan suhu
4. Reaksi yang disertai
dengan terjadinya endapan
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
3.1. Alat
Pada
percobaan kali ini mahasiswa diminta untuk mempersiapkan alat yang akan
digunakan, yaitu 12 buah tabung reaksi, 1 buah rak tabung reaksi, 10 buah pipet
tetes, 10 buah gelas ukur 10 ml, 1buah korek api, 1 buah cawan porselen.
3,2. Bahan
Selain
mempersiapkan alat, kita juga harus menyiapkan bahan bahan praktikum yang akan
di gunakan. Antara lain magnesium serbuk, alumunium serbuk, HCl 6M, CaCO3 serbuk,
H2SO4, FeCl 0,5 M, NaOH 6M, C2H5OH,
AgNO3 0,5 M, tembaga serbuk, HNO3 pekat, CuSO4
0,5M, Na2CO3 0,5, NH4OH.
3.3.
Prosedur Percobaan
a. Percampuran padatan
Magnesium dan larutan Asam Klorida
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi.
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Kocok beberapa saat
- Perubahan diamati dan di
catat.
![]() |
b. Percampuran padatan
Alumunium dengan Asam Klorida pekat
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
![]() |
- Dimasukkan kedalam tabung
reaksi yang berisi 0,1 gram padatan magnesium
- Di kocok beberapa saat
- Perubahan di amati dan di
catat
![]() |
c. Pencampuran padatan
tembaga dengan Asam Klorida pekat
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
![]() |
- Dimasukkan ke tabung
reaksi yang berisi 0,1 padatan tembaga
- Dikocok beberapa saat
- Amati hasil dan catat
![]() |
d. Pencampuran padatan
Tembaga dengan asam Nitrat pekat
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
![]() |
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 0,1
gram padatan tembaga
- Larutan di kocok beberapa saat
- Hasil di amati dan di
catat
![]() |
e. Pencampuran Larutan Perak
Nitrat dengan Larutan Asam Klorida
![]() |
-
dimasukkan kedalam tabung reaksi kosong
![]() |
- dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi 0,1 gram padatan tembaga
- larutan di kocok beberapa
saat
- amati hasil dan catat
![]() |
f. Pencampuran padatan
Kalsium Karbonat dengan Asam Klorida (larutan)
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
![]() |
|||
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi padatan CaCO2
-
Dikocok beberapa saat
-
Amati dan catat
![]() |
g. Pencampuran Asam Sulfat
dengan larutan Natrium Hidroksida
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi kosong
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi larutan NaOH
-
Kocok larutan beberapa saat
-
Amati dan catat
![]() |
h. Pencampuran larutan Asam
Klorida dengan larutan Natrium Hidroksida
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi kosong
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung
reaksi yang berisikan larutan HCl
-
Kocok larutan
-
Amati dan catat
![]() |
i.
Pencampuran larutan Tembaga (II) Sulfat dengan larutan Natrium Hidroksida
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung
reaksi kosong
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi larutan
-
Kocok larutan
-
amati
![]() |
j.
Percampuran Larutan Besi (II) Klorida dengan larutan Natrium Hidroksida
![]() |
- Dimasukkan kedalam tabung
reaksi
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi yg berisikan FeCl3
-
Kocok larutan
-
Amati perubahan
![]() |
k. Pembakaran Etanol
![]() |
-
Dimasukkan sedikit kedalam cawan porselen
-
Dibakar menggunakan orek api
-
Perubahan diamati dan dicatat
![]() |
l.
Pencampuran larutan Natrium Karbonat dengan Asam Sulfat
![]() |
-
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi kosong
![]() |
|||
![]() |
-
Dimasukkan ke dalam tabung yang berisikan natrium karbonat
-
Kocok beberapa saat
-
Amati dan catat
![]() |
m. Pencampuran larutan
Natrium Klorida dengan larutan Perak Nitrat
![]() |
- Dimasukkan kedalam tabung
reaksi kosong
![]() |
-
dimasukkan ke tabung reaksi
berisi NaCl
-
dikocok beberapa saat
-
amati perubahan
![]() |
n. Pencampuran larutan
Tembaga Sulfat dengan Amonia Pekat
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi kosong
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisikan CuSO4
-
Kocok larutan beberapa saat
-
Amati perubahan dan catat
o. Pencampuran Natrium
Klorida dengan Kalium Nitrat
![]() |
-
Dimasukkan kedalam tabung reaksi kosong
-
Di masukkan kedalam tabung reaksi yang berisikan NaCl
-
Dikocok beberapa saat
-
Perubahan dicatat dan di amati
![]() |
p. Pencampuran Natrrium
Klorida dengan Besi (III) Klorida
![]() |
-
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi kosong
![]() |
-
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi NaOH
-
Dikocok beberapa saat
-
Perubahan diamati dan di catat
![]() |
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Reaksi kimia ( chemical
reaction ) adalah proses yang mengonversi sekelompok yang disebut reaktan (
reactant), menjadi sekelompok zat baru yang dinamakan produk ( product ).
Beberapa jenis bukti fisis yang diperlukan :
Perubahan warna
Pembentukan padatan ( endapan ) dalam larutan jernih
Evolusi gas
Evolusi atau penyerapan kalor ( petrucci,2011)
Pada saat percobaan
pertama yaitu mereaksikan padatan magnesium dengan larutan asam klorida terjadi
reaksi kimia, reaksi kimia yang terjadi :
Mg(s) + 2HCl(aq) ―>
MgCl(aq) + H2
(g)
Dari persamaan reaksi yang terjadi gas hydrogen yang
dihasilkan menunjukan bahwa terdapat gelembung yang membuktikan bahwa terjadi
reaksi kimia dalam percobaan ini. Selain itu reaksi kimia juga ditandai dengan
adanya endapan berwarna outih pada saat zat dan suhu tabung reaksi saat
disentuh menjadi panas, berdasarkan teori reaksi ini menyebabkan reaksi
eksoterm.
Percobaan
kedua adalah mereaksikan 0,1 gram padatan alumunium dengan asam klorida pekat
juga terjadi reaksi kimia, reaksi yang terjadi :
2Al(s) + 6HCl(aq) ―>
2AlCl3 (aq) + 3H2 ( g)
Adanya hydrogen pada hasil reaksi menyebabkan
timbulnya gas dan larutan AlCl3 menyebabkan warna menjadi abu abu.
Reaksi ini juga termasuk ke dalam reaksi kimia eksoterm karena suhu tabung
reaksi ketika di sentuh menjadi panas.
Percobaan
ketiga yaitu mereaksikan 2ml asam klorida dengan 0,1 gram padatan tembaga
ketika dicampurkan menghasilkan reaksi kimia :
Cu(s) +
2HCl (ag) ―> CuCl2 (aq) + H2
Percobaan ini tidak mengalami perubahan yang
signifikan karena kedua bahan merupakan logam yang potensial reduksi standarnya
lebih rendah dari hydrogen yang bereaksi dengan non pengoksidasi asam yaitu HCl
( az-zahra,sekar. 2021). Berdasarkan teori tembaga memiliki potensi lebih
tinggi dari hydrogen sehingga tidak dapat bereaksi dari HCl. Oleh karena itu,
gelembung yang dihasilkan hanya sedikit dan tidak bisa di jadikan sebagai
alasan terjadinya perubahan kimia.
Percobaan
keempat adalah merekasikan 0,1 gram padatan tembaga dengan asam nitrat pekat.
Reaksi yang terjadi :
Cu(s) + 4HNO3
(aq) ―> Cu(NO3)2
+
2NO(g) + 2H2O (l)
Pada perubahan ini terjadi perubahan warna menjadi
warna hijau. Hal ini menunjukan bahwa adanya reaksi kimia (chang,R.2004),
molekul atau senyawa mempunyai kemampuan untuk menyerap warna dan memancarkan
warna tergantung dengan zat zatnya, kemampuan ini juga dipengaruhi suatu
kejadian.
Percobaan kelima yaitu 2ml larutan perak nitrat (AgNo3)
direaksikan dengan larutan asam klorida HCl. Reaksi yang terjadi adalah :
AgNO3
( aq) + HCl ( aq ) ―> AgCl( s ) + HNO 3 (aq)
Dapat dilihat terdapat endapan putih, endapan ini
terjadi karena suatu senyawa yang tidak larut, berbentuk padat, dan terpisah
dari larutannya (Chang,R. 2004). Reaksi ini terjadi karena sebagian besar
senyawa mengandung ion Cl- bisa terjai, namun ion Ag+ senyawa
tersebut tidak dapat larut maka AgCl membentuk endapan berwarna putih karena
ion Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ dan akan kelebihan sedikit
ag+ ( endapan).
Percobaan
keenam yaitu mereaksikan asam sulfat dengan larutan natrium hidroksida. Reaksi
yang terjadi :
H2SO4
( aq) + NaOH (aq) ―>
NaOH( aq) + H2O (l)
Ketika kedua larutan dicampurkan tidak terjadi
perubahan warna tetapi terdapat gelembung gas. Gas yang dihasilkan dalam reaksi
kimia terkadang menyebabkan terbentuknya gelembung. Gelembung bisa muncul dari
pemanasan suatu cairan atau pembentukan gas dalam cairan. Namun, percobaan ini
menyebabkan reaksi penetralan, dimana gas yang dihasilkan bukanlah zat baru
yang menandai bahwa terjadi reaksi kimia. “ reaksi penetralan merupakan reaksi
antara asam dengan basa. Reaksi asam basa dalam medium air biasanya
menghasilkan air dan garam, yang merupakan senyawa ion yang terbentuk dari
suatu kation selain H+ dan suatu anion selain OH- atau O2” (Chang,R.2004).
Percobaan
ketujuh adalah mereaksikan 0,1 gram padatan kalsium arbonat (CaCO2)
dengan larutan asam klorida (HCl), reaksi yang terjadi :
CaCO2
(s) + 2HCl ( aq) ―> CaCl2 (aq) + CO2(g) + H2O
(l)
Pada percobaan ini terdapat buih - buih dan
gelembung gas. Hal ini menunjukan bahwa terjadi reaksi kimia. Gas pada reaksi
kimia bisa muncul karena adanya pemanasan. Berdasarkan teori, gelembung –
gelembung ini juga menunjukkan dalam reaksi kimia bahwa adanya reaksi gas yang
terbentuk dan juga terdapat endapan putih yang menandai adanya reaksi kimia.
Percobaan
kedelapan yaitu mencampurkan larutan HCl dengan larutan natrium hidroksida
(NaOH) reaksi yang terjadi adalah :
HCl
( aq) + NaOH (aq) ―>
NaCl (aq) + H2O (l)
Percobaan ini tidak menghasilkan reaksi kimia
melainkan reaksi penetralan dimana ion H+ dari HCl akan bereaksi dengan OH-
dari NaOH dan membentuk air. Sementara, Cl- akan bereaksi dengan ion
Na+ membentuk garam MaCl. Dari reaksi ini tidak terjadi perubahan warna dan
perubahan apapun yang menandai terjadinya reaksi kimia.
Percobaan
kesembilan yaitu mereaksikan larutan tembaga sulfat ( CuSO4) dengan
larutan NaOH. Reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4
(aq) + 2NaOH ( aq) ―> Cu(OH)2 ( s) + NaSO4
(aq)
Pada percobaan ini terjadi perubahan warna menjadi
hitam dan menghasilkan endapan, hal ini menyebabkan adanya reaksi kimia yang
terjadi berdasarkan teori endapan yang terjaid dihasilkan dari reaksi Cu(OH)2
yang memiliki konstanta kelarutan yang rendah.
Percobaan
kesepuluh adalah mereaksikan larutan Besi (III) klorida (FeCl2)
dengan larutan Natriun Hidroksida (NaOH), reaksi yang terjadi :
FeCl3(aq) +
3NaOH(aq) ―> Fe(OH)3(s) + 3NaCl (aq)
Ketika di reaksikan larutan ini berubah warna
menjadi kuning keemasan yang lama – lama menjadi cokelat tua dengan
terbentuknya endapan. Perubahan warna ini dikarenakan adanya unsur Fe, dan
endapan yang terjadi disebabkan oleh FeCl3 yang tidak dapat larut dengan
pereaksi berlebih (NaOH). Pereaksi berlebih adalah zat lain yang bereaksi masih
ada sisa setelah bereaksi dengan pereaksi pembatas.
Percobaan
kesebelas adalah pembakaran etanol ( C2H5OH) reaksi yang
terjadi adalah :
C2H5OH
(l) + 3O2 ―>
2CO2(g) + 3H2O (l)
Reaksi pembakaran adalah reaksi kimia antara bahan
bakar dengan oksigen dari udara yang akan menghasilkan panas dan gas. Reaksi
pembakaran ini termasuk reaksi eksoterm berdasarkan teori, reaksi ini
menunjukan adanya perubahan suhu. Perubahan suhu inilah yang menandai bahwa
percobaan ni menyebabkan terjadinya reaksi kimia. Pada pembakaran etanol
dihasilkan api berwarna biru. (zenius,2021). “ warna api dipengaruhi oleh
kandungan oksigen, apabila oksigennya rendah, maka api akan cenderung berwarna
kekuningan sedangkan, apabila kandungan oksigennya tinggi, api akan cenderung
berwarna biru.”
Percobaan
kedua belas yaitu mereaksikan larutan Natrium klorida (NaCl) dengan larutan
Perak Nitrat (AgNO3), reaksi yang terjadi yaitu :
NaCl
(aq) + AgNO3 (aq) ―>
AgCl(s) + NaNO3
(aq)
Pada percobaan ini dihasilkan endapan AgCl yang
berwarna putih, selain itu reaksi ini juga mneghasilkan sedikit gelembung yang
menandakan bahwa terjadi reaksi kimia.
Percobaan
ketiga belas adalah mereaksikan Tembaga Sulfat ( larutan) dengan Amonia Pekat
(NH3). Reaksi yang terjadi adalah :
CuSO(4)
+ NH3(l) ―> Cu(NH3)4 (aq) + SO4
(g)
Terjadi perubahan warna menjadi biru tua, karena
jika larutan mengandung ammonia maka pengendapan tidak terjadi pengendapan,
tetapi warna biru langsung terbentuk ( svehla,1985).
Juga menghasilkan gelembung gas yaitu SO4.
Percobaan
keempat belas adalah mereaksikan larutan Na2CO3 dengan
larutan Asam Sulfat (H2SO4), reaksi yang terjadi adalah :
Na2CO3 ( aq) + H2SO4 (aq) ―> Na2SO4
(aq) + CO2 (g) + H2O(l)
Reaksi ini hanya menghasilkan sedikit buih karena
melepaskan karbondioksida, oleh karena itu tidak terjadi reaksi kimia pada
percobaan ini, melainkan reaksi ini adalah reaksi asam basa dimana reaksi asam
basa disebut reaksi netralisasi.
Percobaan
kelima belas yaitu mereaksikan larutan NaOH dengan larutan FeCl3
reaksi yang terjadi adalah :
NaOH(aq) + FeCl3
(aq) ―> NaCl (aq) +
Fe(OH)3 (s)
Percobaan ini menghasilkan endapan berwarna cokelat.
Endapan tersebut adalah endapan Fe(OH)3. Endapan ini menyebabkan
larutan berubah warna. Hal ini menyebabkan bahwa ada reaksi kimia pada
percobaan ini.
BAB V
KESIMPULAN
1. Ciri – ciri reaksi kimia
antara lain yaitu :
a. Perubahan warna, contohnya
seperti reaksi redoks besi ( perkaratan
besi ) yang membuat besi yang berwarna silver menjadi merah kecokelatan.
b. Perubahan suhu yaity
adanya kalor yang di lepaskan dan kalor yang dibutuhkan dalam perubahan kimia.
c. Menghasilkan gas
d. Terdapat endapan, suatu
reaksi dapat dikatakan reaksi endapan apabila reaksi tersebut menghasilkan
endapan. Endapan yaitu zat padat yang tidak larut dalam cairan tersebut.
2. Jenis reaksi kimia yaitu :
pembakaran, reaksi kombinasi, reaksi dekomposi, reaksi perpindahan, reaksi
perpindahan ganda, dan reaksi presipitasi.
3. Persamaan reaksi adalah
suatu pernyataan yang di tulis dengan memakai rumus rumus kimia dimana
berfungsi untuk memberikkan infromasi tentang kuantitas dan identitas suatu zat
kimia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Az-zahra,Sekar. 2021.
Laporan Praktikum Kimia Dasar I. Jakarta
2. Chang,Raymond. 2004. Kimia
Dasar : Konsep – konsep Inti Edisi ketiga, jilid I. Jakarta: Erlangga.
3. Svehla,G. 1985. Vogel Buku
Teks Analis Oeganik Kualitatif Makro dan Semimakro Jilid I. Jakarta : PT.
Kalman Media Pustaka.
4. Nurhasni, Yusriana Dis.
2022. Buku Pedoman Praktikum Kimia Dasar, Kimia, UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta : Prodi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi.
5. Website : https://www.ilmukimia.org/2012/12/pereaksi-pembatas.html
( diakses pada 8 Oktober 2021 pukul 11.01)
6. Website : https://www.zenius.net/blog/warna-api
( diakses pada 8 Oktober 2021 pukul 11.01)
7. Ralph H. Petrucci,
Williams S Harwoad, F Geoffrey herring, Jeffry D Madura. Kimia Dasar Prinsip –
prinsip dan Aplikasi Modern, Erlangga,2011.
Lampiran
I : Evaluasi Post Praktikum
1. Sebutkan ciri – ciri
terjadinya suatu reaksi kimia
·
Reaksi disertai terbentuknya gas
·
Reaksi disertai perubahan warna
·
Reaksi disertai perubahan suhu
·
Reaksi disertai dengan terjadinya endapan
2. Sebutkan jenis reaksi yang
terjadi dan tuliskan persamaan reaksinya secara lengkap dan setarakan reaksinya
Reaksi pembakaran : Etanol
Persamaan
reaksi :
C2H5OH (l)
+
O2 (g) ―> CO2(g) + H2O(l)
Penyetaraan
:
C2H5OH (l) + 3O2(g) ―> 2CO2 (g) + 3H2O (
l)
Reaksi
pengendapan : Mg + Cl, AgNO3 + HCl, CuSO4 + NaOH, FeCl3
+ NaOH,
NaCl
+ AgNO3, NaOH + FeCl3
1. Mg + Cl
Persamaan
reaksi :
Mg + HCl ―> MgCl2 + H2
Penyetaraan
:
Mg + 2HCl ―> MgCl2 + H2
2. AgNO3 + HCl
Persamaan reaksi :
AgNO3
+ HCl ―> AgCl + HNO3
Penyetaraan :
3
AgNO3 + 3 HCl ―> AgCl + HNO3
3. CaCO3 + HCl
Persamaan reaksi :
CaCO3 + HCl ―> CaCl + CO2+
H2O
Penyetaraan :
CaCO3 + 2HCl ―> CaCl + 3/2 CO2
DOKUMENTASI KEGIATAN
PRAKTIKUM
Mereaksikan
AgNO3 dengan HCl
Mereaksikan
H2SO4 dengan NaOH
Mereaksikan
CuSO4 dengan NaOH
Mereaksikan
FeCl3 dengan NaOH
Mereaksikan
NaOH dengan FeCl3
Mereaksikan
Na2CO3 dengan H2SO4
Mereaksikan
CuSO4 dengan NH3
Mereaksikan
NaCl dengan AgNO3
Mereaksikan
Mg dengan HCl
Mereaksikan
Cu dengan HNO3
Hasil pembakaran C2H5OH dengan O2
Mereaksikan
Al dengan HCl
Mereaksikan
HCl dengan NaOH
Hasil-hasil
Reaksi yang telah dilakukan
Penimbangan Cu 0,1 gram
Hasil-hasil Reaksi yang telah dilakukan
Material Safety Data Sheets
1.
Magnesium klorida (MgCl2)
Sifat Fisika dan Kimia
Bentuk : Padat
Warna : Putih
Bau : Tak berbau
pH : 4,5 - 7,0 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur : Kira-kira 117 °C (penguraian)
Penanganan
Setelah terhirup: hirup udara segar.
Jika napas terhenti: berikan napas buatan mulut ke mulut
atau secara
mekanik. Berikan masker oksigen jika mungkin.Segera hubungi
dokter.
Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak.
Hubungi dokter
mata. Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang
banyak. Segera
hubungi dokter mata.Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan: beri air minum (paling banyak dua gelas).
Segera cari anjuran
pengobatan.Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan
tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban
tidak sadarkan
diri), telan karbon aktif and konsultasikan kepada dokter
secepatnya.
2.
Aluminium (Al)
Sifat Fisika dan Kimia
Bentuk : serbuk
Warna : metalik
Titik lebur/titik beku : 660,37 °C
Titik didih awal/rentang didih : 2.460 °C
Kerapatan : (densitas) relatif
Identifikasi Bahaya
Toksisitas akut, Korosi/iritasi kulit, dan Kerusakan mata
serius/iritasi mata
Penanganan
Jika terhirup : hirup udara segar.
Jika kontak dengan kulit :Tanggalkan segera semua pakaian
yang
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.
Jika kontak dengan mata : bilaslah dengan air yang banyak.
Lepaskan lensa
kontak.
Jika tertelan : beri air minum kepada korban (paling banyak
dua gelas). Konsultasi kepada dokter jika merasa tidak
sehat.
3.
Asam klorida (HCl)
Keadaan Fisik : Cair
Penampilan : jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat
Bau : kuat, menyengat
pH : 0,01
Tekanan Uap : 84 mm Hg @ 20 derajat C
Densitas Uap : 1,27 (udara=1)
Laju Penguapan : > 1,00 (N-butil asetat)
Titik didih : 83 derajat C @ 760 mmHg
Titik Beku/ Leleh : -66 derajat C
Kelarutan : Larut.
Berat Jenis : 1,19 (38%)
Rumus Molekul : HCl.H2O
Berat Molekul : 36,46
Bahaya
Mata: Dapat menyebabkan cedera mata ireversibel. Uap atau
kabut dapat
menyebabkan iritasi dan luka bakar yang parah. Kontak dengan
cairan bersifat
korosif pada mata dan menyebabkan luka bakar yang parah.
Kulit: Kontak
dengan cairan bersifat korosif dan menyebabkan luka bakar
dan ulserasi yang
parah. Tingkat keparahan cedera tergantung pada konsentrasi
larutan dan
durasi paparan. Proses menelan: Menyebabkan luka bakar
saluran pencernaan
yang parah dengan sakit perut, muntah, dan kemungkinan
kematian. Dapat
menyebabkan korosi dan kerusakan jaringan permanen pada
kerongkongan
dan saluran pencernaan. Terhirup: Dapat berakibat fatal jika
terhirup. Dapat
menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan dengan
sakit tenggorokan,
batuk, sesak napas dan edema paru yang tertunda. Menyebabkan
luka bakar
kimia pada saluran pernapasan. Menyebabkan tindakan korosif
pada selaput
lendir. Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau
berulang dapat
menyebabkan dermatitis. Paparan berulang dapat menyebabkan
erosi gigi.
Paparan berulang terhadap uap atau kabut HCl konsentrasi
rendah dapat
menyebabkan pendarahan pada hidung dan gusi. Bronkitis
kronis dan gastritis
juga telah dilaporkan.
Penanganan
Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak
air setidaknya
selama 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.
Kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak
air selama minimal
15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi.
Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum
digunakan kembali.
Tertelan: Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan
bantuan medis
segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan
pernah
memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak
sadarkan diri.
Terhirup: bahan RACUN. Jika terhirup, segera dapatkan
bantuan medis.
4.
Kalsium karbonat (CaCO3)
Sifat Fisika dan Kimia
Keadaan Fisik : Padat
Penampilan : putih
Bau : tidak berbau
pH : 8-9 (larutan)
Titik Pembekuan /Leleh: 825 derajat C
Suhu Dekomposisi : 825 derajat C
Kelarutan : Sedikit larut dalam air.
Kepadatan : 2.7-2.9
Rumus Molekul : CaCO3
Berat Molekul : 100.09
76
Bahaya
Mata : Menyebabkan iritasi mata.
Kulit: Dapat menyebabkan iritasi kulit.
Tertelan: Tertelan dalam jumlah besar dapat menyebabkan
iritasi
gastrointestinal. Diharapkan menjadi bahaya konsumsi yang
rendah.
Penghirupan: Bahaya rendah untuk penanganan industri biasa.
Inhalasi yang
berlebihan dapat menyebabkan iritasi pernapasan ringan.
Penanganan
Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15
menit, sesekali
angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
Kulit: Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal
15 menit sambil
melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan
bantuan medis
jika iritasi berkembang atau berlanjut.
Tertelan: Dapatkan bantuan medis. JANGAN menginduksi muntah.
Jika sadar
dan waspada, bilas mulut dan minum 2-4 cangkir susu atau
air.
Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke
udara segar. Jika
tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit
bernafas, berikan oksigen.
Dapatkan bantuan medis jika batuk atau gejala lain muncul.
5.
Asam sulfat (H2SO4)
Sifat Fisika dan Kimia
Rumus kimia : H2SO4
Berat Molekul : 98,07
Keadaan Fisik : Cair
Penampilan :
berminyak - bening tidak berwarna hingga kuning
28
Bau : tidak berbau
pH : 0,3 (larutan 1N)
Tekanan Uap : <
0,001 mm Hg @ 20 derajat C
Kepadatan Uap : 3,38
(udara = 1)
Tingkat Penguapan :
Lebih lambat dari eter.
Viskositas : 21 mPas
@ 25 C
Titik didih : 290 -
338 derajat C
Titik
Pembekuan/Leleh:10 derajat C
Suhu Dekomposisi :
340 derajat C
Kelarutan : Larut
dengan banyak panas
Bahaya
Mata: Menyebabkan luka bakar mata yang parah. Dapat
menyebabkan cedera
mata ireversibel. Dapat menyebabkan kebutaan.
Kulit: Menyebabkan kulit terbakar. Tingkat keparahan cedera
tergantung pada
konsentrasi larutan dan durasi paparan.
Tertelan: Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen
pada saluran
pencernaan. Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan.
Terhirup: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan
dengan rasa sakit
terbakar di hidung dan tenggorokan, batuk, mengi, sesak
napas dan edema paru.
Menyebabkan luka bakar kimia pada saluran pernapasan.
Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat
menyebabkan
dermatitis. Inhalasi yang berkepanjangan atau berulang dapat
menyebabkan
mimisan, hidung tersumbat, nyeri dada dan bronkitis. Kontak
mata yang lama
atau berulang dapat menyebabkan konjungtivitis. Efek mungkin
tertunda.
Pekerja yang terpapar kabut asam sulfat secara kronis dapat
menunjukkan
berbagai lesi pada kulit, trakeobronkitis, stomatitis,
konjungtivitis, atau gastritis.
Paparan di tempat kerja terhadap kabut asam anorganik kuat
yang mengandung
asam sulfat bersifat karsinogenik bagi manusia.
Penanganan
Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak
air selama minimal
15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.
Kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak
air selama minimal
15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi. Dapatkan
bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan
kembali.
Tertelan: Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan
bantuan medis segera.
Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah
memberikan apapun
melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.
Terhirup: bahan RACUN. Jika terhirup, segera dapatkan
bantuan medis.
Pindahkan korban ke udara segar. Jika tidak bernapas,
berikan pernapasan
buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen.
6.
Besi (III) klorida (FeCl3)
Sifat Fisika dan Kimia
Bentuk : Serbuk
Warna : Hijau sampai hitam
Bau : Pedih
pH : 1 pada 200 g/l 20 °C
40
Titik lebur : 306 °C (penguraian)
Bahaya
dapat menyebabkan korosif pada logam, menyebabkan iritasi
pada kulit, dan
dapat menyebabkan iritasi pada mata yang serius.
Penanganan
Setelah menghirup: hirup udara segar.
Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian
yang
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.
Periksakan ke dokter.
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak.
Segera hubungi
dokter mata. Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan: segera beri korban minum air putih (dua
gelas paling
banyak). Periksakan ke dokter.
7.
Natrium hidroksida (NaOH)
Sifat fisika dan Kimia
Keadaan Fisik : Padat
Penampilan : putih
Bau : Tidak berbau
pH : 14 (5% aq soln)
Tekanan Uap : 1 mm Hg pada739 derajat C
Kepadatan Uap : Tidak tersedia.
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.
Viskositas : Tidak tersedia.
Titik didih : 1390 derajat C pada 760 mmHg
Titik Pembekuan/Leleh : 318 derajat C
Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.
Kelarutan : Larut.
Gravitasi/Kepadatan Spesifik : 2,13 g/cm3
Berat Molekul : 40
Identifikasi Bahaya
Menyebabkan luka bakar pada mata dan kulit. Menyebabkan luka
bakar pada
saluran pencernaan dan pernafasan. Higroskopis (menyerap
kelembaban dari
udara).
Mata : Menyebabkan luka bakar pada mata. Dapat menyebabkan
kebutaan.
Dapat menyebabkan konjungtivitis kimia dan kerusakan kornea.
Kulit : Menyebabkan kulit terbakar. Dapat menyebabkan borok
kulit yang dalam
dan tembus.
Tertelan : Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen
pada saluran
pencernaan. Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan.
Dapat
menyebabkan perforasi saluran pencernaan. Menyebabkan sakit
parah, mual,
muntah, diare, dan syok.
Inhalasi : Iritasi dapat menyebabkan pneumonitis kimia dan
edema paru.
Menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan bagian
atas dengan batuk,
luka bakar, kesulitan bernapas, dan kemungkinan koma.
Menyebabkan luka
bakar kimia pada saluran pernapasan.
Kronis : Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang
dapat menyebabkan
dermatitis. Efek mungkin tertunda
Pertolongan Pertama
103
Mata : Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak
air selama minimal
15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.
Kulit : Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan
banyak air selama minimal
15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi. Dapatkan
bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan
kembali.
Tertelan : Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan
bantuan medis
segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan
pernah memberikan
apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.
Terhirup : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika
tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen.
Dapatkan bantuan
medis.
8.
Ethanol (C2H5OH)
Rumus kimia : C2H5OH
Massa molar : 46.069 g/mol
Penampilan : Cairan tidak berwarna
Densitas : 0.8 g/cm3
Titik didih : 78.5oC
Titik leleh : -114.1oC
Titik nyala : 12.8oC (55oF)
pH : 7 pada 10 g/l pada 20oC
Kelarutan : 1000.0 mg/mL dalam air
Viskositas : 1.074 mPa.s pada 25oC
43
Bahaya
Flammable, irritant
Penanganan
Terkena mata : bilas dengan air yang banyak. Hubungi dokter
mata. Lepas
lensa kontak. Terkena kulit : Tanggalkan segera semua
pakaian yang
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.
Terhirup : segera hirup
udara segar. Tertelan : segera beri korban minum air putih
(dua gelas paling
banyak). Periksakan ke dokter.
9.
Perak nitrat (AgNO3)
SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Keadaan Fisik : Padat
Penampilan : putih
Bau : tidak berbau
pH : ~ 6
Tekanan Uap : Tidak tersedia.
Kepadatan Uap : Tidak tersedia.
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.
Viskositas : Tidak tersedia.
Titik didih : 433 derajat C
Titik Pembekuan/Leleh: 212 derajat C
Suhu Dekomposisi : 440 derajat C
Kelarutan : Larut.
Gravitasi / Kepadatan Spesifik: 4,35
Rumus Molekul : AgNO3
Berat Molekul : 169,87
BAHAYA
Mata: Menyebabkan luka bakar pada mata.
Kulit: Menyebabkan kulit terbakar. Mungkin berbahaya jika
diserap melalui
kulit.
Tertelan: Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan.
Mungkin
berbahaya jika tertelan. Menelan garam perak terlarut dapat
menyebabkan
argyria, ditandai dengan pigmentasi biru-abu-abu permanen
pada kulit, selaput
lendir, dan mata. Dosis mematikan bagi manusia adalah 2 gram
atau sekitar 28,6
mg/kg.
Penghirupan: Menyebabkan iritasi parah pada saluran
pernapasan bagian atas
dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan
kemungkinan koma.
Kronis: Dapat menyebabkan methemoglobinemia
Menghirup atau menelan garam perak secara kronis dapat
menyebabkan argyria
PENANGANAN
Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15
menit, sesekali
angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
Kulit: Dapatkan bantuan medis. Segera basuh kulit dengan
banyak air selama
minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi.
Tertelan: Dapatkan bantuan medis segera. JANGAN menginduksi
muntah. Jika
sadar dan waspada, bilas mulut dan minum 2-4 cangkir susu
atau air.
112
Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke
udara segar. Jika
sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.
Jangan gunakan
resusitasi mulut ke mulut jika korban menelan atau menghirup
zat tersebut;
menginduksi pernapasan buatan dengan bantuan masker saku
yang dilengkapi
dengan katup satu arah atau perangkat medis pernapasan lain
yang sesuai.
Catatan untuk Dokter: Rawat sesuai gejala dan suportif.
10. Tembaga
(II) sulfat (CuSO4)
Sifat Kimia dan Fisika
Nama Produk : Tembaga(II) Sulfat Pentahidrat
Berat Molekul : 249.6 g/mol
Bentuk : padat
Warna : biru
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : 3,5 - 4,5 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur : 147 °C
Densitas : 2,284 g/cm3 pada 20 °C
Kerapatan (den-sitas) : relatif Tidak tersedia informasi.
Kelarutan : dalam air 317 g/l pada 20 °C
BAHAYA
Berbahaya jika tertelan. Menyebabkan kerusakan mata yang
serius. Sangat
toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka panjang.
PENANGANAN
Saran umum Pemberi pertolongan pertama harus melindungi
dirinya.
Setelah terhirup : hirup udara segar.Jika napas terhenti:
berikan napas buatan
mulut ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen
jika mungkin.
Segera hubungi dokter.
Bila terjadi kontak kulit : bilaslah dengan air yang banyak.
Hubungi
dokter mata.
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak.
Segera
hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak. Setelah
tertelan: segera
beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak).
Periksakan ke dokter.
11. Asam
nitrat (HNO3)
Sifat Fisika dan Kimia
Keadaan Fisik : Cair
Penampilan : bening hingga kuning
Bau : bau menyengat - bau tajam - bau menyesakkan
pH : 1,0 (0,1M soln)
Tekanan Uap : 51 mm Hg @ 25 derajat C
Densitas Uap : 2,17 (udara=1)
Viskositas : 0,761 cps @ 25 deg C
Titik didih : 86 deg C
Titik beku/lebur : -42 deg C
Kelarutan : Larut dalam air.
Berat Jenis : 1,4
Rumus Molekul : HNO3
Berat Molekul : 63,01
Bahaya
Mata: Menyebabkan luka bakar mata yang parah. Kontak
langsung dengan
cairan dapat menyebabkan kebutaan atau kerusakan mata
permanen. Kulit:
Menyebabkan kulit terbakar. Dapat menyebabkan borok kulit
yang dalam dan
tembus. Asam nitrat pekat mewarnai kulit manusia dengan
warna kuning saat
kontak. Proses menelan: Dapat menyebabkan kerusakan parah
dan permanen
pada saluran pencernaan. Menyebabkan luka bakar pada saluran
pencernaan.
Dapat menyebabkan perforasi saluran pencernaan. Dapat
menyebabkan efek
sistemik. Penghirupan: Efek mungkin tertunda. Menyebabkan
luka bakar kimia
pada saluran pernapasan. Inhalasi bisa berakibat fatal
sebagai akibat dari kejang,
peradangan, edema laring dan bronkus, pneumonitis kimia dan
edema paru.
Aspirasi dapat menyebabkan edema paru. Dapat menyebabkan
efek sistemik.
Dapat menyebabkan edema paru akut, asfiksia, pneumonitis
kimia, dan
obstruksi jalan napas bagian atas yang disebabkan oleh
edema. Tergantung pada
kondisinya, uap atau asap asam nitrat sebenarnya dapat
berupa campuran asam
nitrat dan berbagai oksida nitrogen. Komposisi dapat
bervariasi dengan suhu,
kelembaban, dan kontak dengan bahan organik lainnya. Kronis:
Paparan uap
asam nitrat konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
pneuomonitis dan edema paru
yang dapat berakibat fatal. Gejala mungkin atau mungkin
tidak tertunda.
Paparan terus menerus terhadap uap & kabut asam nitrat
dapat menyebabkan
bronkitis kronis, & paparan yang lebih parah menyebabkan
pneumonitis kimia.
Uap & kabut asam nitrat dapat mengikis gigi, terutama
mempengaruhi gigi
taring & gigi seri.
Penanganan
25
Mata: Dapatkan bantuan medis segera. JANGAN biarkan korban
menggosok
mata atau menutup mata. Diperlukan irigasi ekstensif dengan
air (setidaknya 30
menit).
Kulit: Dapatkan bantuan medis segera. Segera basuh kulit
dengan banyak air
selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu
yang
terkontaminasi. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
Hancurkan sepatu
yang terkontaminasi.
Tertelan: Jangan memaksakan muntah. Jika korban sadar dan
waspada, berikan
2-4 cangkir susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun
melalui mulut
kepada orang yang tidak sadarkan diri. Dapatkan bantuan
medis segera.
Inhalasi:Dapatkan bantuan medis segera. Hapus dari paparan
dan pindahkan ke
udara segar segera. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan
buatan. Jika sulit
bernafas, berikan oksigen. JANGAN gunakan resusitasi mulut
ke mulut. Jika
pernapasan telah berhenti, lakukan pernapasan buatan
menggunakan oksigen
dan alat mekanis yang sesuai seperti tas dan masker.
12. Natrium
karbonat (Na2CO3)
Sifat fisika dan Kimia
Keadaan Fisik : Bubuk
Penampilan : putih
Bau : tidak berbau
pH : Tidak tersedia.
Tekanan Uap : Tidak tersedia.
Kepadatan Uap : Tidak tersedia.
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.
Viskositas : Tidak tersedia.
Titik didih : 1600 derajat C pada 760 mmHg
Titik Leleh : 851 derajat C
Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.
Kelarutan : 22 g/100mL (20 °C)
Gravitasi / Kepadatan Spesifik : 2.53
Berat Molekul : 105,99
Identifikasi Bahaya
Mata: Menyebabkan iritasi mata. Lachrymator (zat yang
meningkatkan aliran
air mata).
Kulit: Menyebabkan iritasi kulit. Mungkin berbahaya jika
diserap melalui kulit.
Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan.
Mungkin
berbahaya jika tertelan.
Terhirup: Berbahaya jika terhirup. Dapat menyebabkan iritasi
saluran
pernapasan.
Kronis: Efek reproduksi yang merugikan telah dilaporkan pada
hewan.
Penanganan
Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15
menit, sesekali
angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
Kulit: Dapatkan bantuan medis. Segera basuh kulit dengan
banyak air selama
minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi.
Tertelan: Jangan memaksakan muntah. Dapatkan bantuan medis.
105
Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke
udara segar. Jika
tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit
bernafas, berikan oksigen.
Dapatkan bantuan medis.
13. Amonium
hidroksida (NH4OH)
Sifat Fisika dan Kimia
Keadaan Fisik : Cair
Penampilan : jernih, tidak berwarna
Bau : bau menyengat - seperti amonia
pH : 13,6
Tekanan Uap : 557 mm Hg @ 21 derajat C
Densitas Uap : 0,59 (udara=1)
Titik didih : 27 derajat C
Titik Beku/ Leleh : -69 derajat C
Kelarutan : Larut.
Berat Jenis : 0,89
Rumus Molekul : NH4OH
Berat Molekul : 35,04
Bahaya
Mata: Menyebabkan luka bakar pada mata. Lachrymator (zat
yang
meningkatkan aliran air mata). Kulit: Menyebabkan kulit
terbakar. Mungkin
berbahaya jika diserap melalui kulit. Tertelan: Berbahaya
jika tertelan.
Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan. Menyebabkan
penyempitan
tenggorokan, muntah, kejang, dan syok. Inhalasi: Menyebabkan
luka bakar
kimia pada saluran pernapasan. Toksik jika terhirup. Dapat
menyebabkan gagal
jantung dan edema paru. Dapat menyebabkan efek sistem saraf
pusat. Kronis:
Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Eksperimen
laboratorium telah
menghasilkan efek mutagenik. Paparan kronis dapat
menyebabkan efek darah.
Penelitian pada hewan telah melaporkan perkembangan tumor.
11
Penanganan
Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15
menit, sesekali
angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis
segera.
Kulit: Dapatkan bantuan medis segera. Segera basuh kulit
dengan banyak air
selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu
yang
terkontaminasi.
Tertelan: Jangan memaksakan muntah. Dapatkan bantuan medis
segera.
Hubungi pusat kendali racun.
Inhalasi:Hapus dari paparan dan pindahkan ke udara segar
segera. Jika sulit
bernafas, berikan oksigen. KECEPATAN ADALAH PENTING,
DAPATKAN
BANTUAN MEDIS SEGERA. Jangan gunakan resusitasi mulut ke
mulut jika
korban menelan atau menghirup zat tersebut; menginduksi
pernapasan buatan
dengan bantuan masker saku yang dilengkapi dengan katup satu
arah atau
perangkat medis pernapasan lain yang sesuai.
Komentar
Posting Komentar